SABANG selalu identik dengan laut biru, pasir putih, dan panorama bawah laut Pulau Rubiah yang jadi kebanggaan Indonesia. Namun, keindahan itu saja tidak cukup. Di balik tenarnya nama Sabang sebagai destinasi wisata, masih ada pekerjaan rumah: bagaimana potensi alam yang indah benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Tantangan itulah yang kini dipikul oleh Wali Kota Sabang, Zulkifli H. Adam, bersama Wakil Wali Kota Suradji Yunus. Dalam RPJMK 2025–2029, keduanya menetapkan arah baru dengan visi: “Sabang Kota Pariwisata yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan.” Visi ini menjadi pijakan utama kepemimpinan mereka lima tahun ke depan.
Bagi Zulkifli–Suradji, pariwisata bukan hanya urusan promosi destinasi. Lebih dari itu, pariwisata harus menjadi fondasi pembangunan yang menyatukan banyak sektor seperti infrastruktur, ekonomi rakyat, pendidikan, budaya, lingkungan, hingga tata kelola pemerintahan. Logikanya sederhana, jika infrastruktur baik, masyarakat sejahtera, dan alam terjaga, maka pariwisata akan tumbuh dengan sendirinya. Karena itu, visi pariwisata berkelanjutan bukanlah berdiri sendiri, melainkan diikat dengan program-program sosial, ekonomi, dan pelayanan dasar.
Pendekatan ini sekaligus menegaskan arah kepemimpinan yang tidak hanya berorientasi pada kunjungan wisatawan, melainkan juga memastikan bahwa pertumbuhan pariwisata membawa manfaat langsung bagi masyarakat Sabang.
Visi tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah misi yang menekankan keseimbangan antara pembangunan, kearifan lokal, dan kelestarian alam.
Delapan Misi Pembangunan yakni :
1. Menghidupkan Kearifan Lokal
Sabang punya tradisi kuat menjaga laut, gotong royong di gampong, dan adat yang masih dijaga. Mereka ingin tradisi itu kembali hidup dalam pembangunan. Nilai lokal akan diintegrasikan ke sekolah, pelayanan kesehatan, hingga pengelolaan ekonomi. Dengan begitu, pembangunan tidak hanya modern, tetapi juga tetap selaras dengan identitas masyarakat. Jadi, sekolah bisa mengajarkan nilai menjaga laut, nelayan bisa jadi bagian dari ekowisata, dan adat gampong menjadi daya tarik wisata budaya.
2. Pariwisata Inklusif, Berkarakter, dan Ramah Lingkungan
Pariwisata Sabang harus memberi ruang bagi semua kalangan baik nelayan, petani, pedagang kecil, hingga UMKM sehingga tidak ada lagi kata pariwisata hanya dinikmati oleh investor besar. Karakter lokal akan menjadi daya tarik utama, dari kuliner khas hingga budaya Islam yang kental. Prinsip ramah lingkungan juga ditekankan, sebab laut dan hutan adalah kekuatan utama pariwisata Sabang.
3. Harmoni Pembangunan dengan BPKS
Selama ini, program Pemko Sabang dan BPKS kerap berjalan sendiri-sendiri. Melalui misi ini, keduanya ingin memastikan sinkronisasi pembangunan, sehingga setiap program saling mendukung dan tidak tumpang tindih.
4. Kepastian Hukum untuk Dunia Usaha
Investasi butuh kepastian hukum. Tanpa aturan yang jelas, investor akan ragu. Karena itu, Zulkifli–Suradji menekankan pentingnya zona usaha yang nyaman, aturan yang bersih, serta perlindungan bagi pelaku usaha. Dengan iklim usaha yang sehat, investasi di sektor pariwisata dan perdagangan diyakini akan tumbuh pesat.
5. Infrastruktur Dasar Ramah Lingkungan
Jalan menuju destinasi wisata, jaringan listrik, air bersih, hingga pengelolaan sampah menjadi fokus utama. Namun, pembangunan infrastruktur harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Prinsip green infrastructure menjadi pedoman.
6. Pemerintahan Profesional dan Transparan
Pelayanan publik yang cepat, responsif, dan transparan akan menjadi ciri tata kelola pemerintahan. Pemerintah yang profesional akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
7. Kebijakan Terarah dan Terukur
Setiap program pemerintah harus punya arah jelas, dilaksanakan secara terukur, serta diawasi dengan baik. Evaluasi menjadi hal penting agar kebijakan benar-benar membawa dampak bagi masyarakat.
8. Optimalisasi Aset Daerah
Sabang memiliki banyak aset yang selama ini kurang produktif. Zulkifli–Suradji ingin aset daerah dioptimalkan untuk pelayanan publik, mendukung ekonomi rakyat, sekaligus memperkuat pariwisata.
Misi tersebut memperlihatkan pola pikir kepemimpinan Zulkifli–Suradji, pariwisata hanya akan berkelanjutan jika ada keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan penguatan masyarakat.
Misi besar itu kemudian diterjemahkan ke dalam 17 program prioritas. Program ini menyasar kebutuhan dasar warga, pemberdayaan ekonomi lokal, peningkatan pelayanan, hingga penguatan sektor wisata.
Subsidi dasar air bersih, gas elpiji 3 kg, listrik untuk keluarga miskin, pembangunan rumah duafa, serta modal usaha UMKM agar mereka bisa berkembang. Program ini memastikan masyarakat kecil tidak tertinggal.
Selanjutnya pemberdayaan ekonomi rakyat seperti petani, peternak, nelayan, dan pedagang kaki lima agar produk lokal masuk ke rantai wisata. Hasil laut jadi kuliner unggulan, hasil kebun jadi oleh-oleh, dan pedagang kecil tetap hidup berdampingan dengan hotel dan restoran. Dengan demikian, sektor wisata tidak hanya hidup dari luar, tetapi berakar kuat pada potensi lokal.
Tidak kalah penting dukungan pendidikan dan agama yakni beasiswa bagi pelajar, santri, mahasiswa, peningkatan wawasan fardu kifayah, pengajian kitab untuk ASN, hingga pengajian ba’da magrib dan lomba baca Al - Quran di setiap gampong.
Kemudian disisi kesehatan dan sosial juga masuk dalam program prioritas yakni pelayanan kesehatan lebih cepat dan tepat, pendampingan pasien rujukan, serta bantuan bagi lansia, difabel, anak yatim, dan keluarga duafa.
Pemerintah juga akan fokus pada stabilitas harga sembako seperti menjaga harga beras, gula, tepung, dan kebutuhan pokok lainnya agar tetap terjangkau.
Tidak ketinggalan promosi wisata yang merupakan andalan di kota sabang dengan memperluas promosi Sabang tidak hanya sebagai wisata bahari, tetapi juga budaya, religi, dan kuliner.
Untuk mencapai program tersebut dukungan aparatur Pemerintahan Kota sangat di butuhkan, sehingga tunjangan uang makan, rumah penitipan bayi, hingga perlindungan hukum bagi ASN akan menjadi progranm prioritas.
Tak kalah penting, Pemerintah juga menyiapkan program pengembangan energi baru terbarukan dan pengelolaan sampah. Keduanya sejalan dengan konsep green tourism yang kini menjadi tren global. Pariwisata berkelanjutan hanya mungkin terwujud jika lingkungan tetap terjaga.
Salah satu program menarik adalah penataan Gampong Kuta Barat sebagai gampong wisata. Melalui pendekatan ini, wisatawan tidak hanya datang melihat pemandangan, tetapi juga bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat, menyaksikan tradisi, mencicipi kuliner lokal, hingga membeli produk kerajinan tangan.
Selain itu, keberadaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone/FTZ) juga dipandang sebagai peluang. Jika dikelola baik, FTZ bukan hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga pintu masuk bagi wisatawan mancanegara dan investor pariwisata.
RPJMK 2025–2029 bukan hanya rencana lima tahun, tetapi bagian dari cita-cita jangka panjang Sabang Emas 2030. Pembangunan disusun bertahap mulai tahun 2026 fokus pada daya saing SDM, tahun 2027 fokus untuk penguatan tata kelola kelembagaan pemerintahan, tahun 2028 pembangunan infrastruktur perkotaan, dan tahun 2029 difokuskan pada ekspansi perekonomian berbasis sumber daya alam dan ekonomi kerakyatan.
Semua itu diarahkan untuk menjadikan Sabang sebagai kota wisata yang tangguh, inklusif, dan berdaya saing global pada tahun 2030.
Sejumlah masyarakat Sabang menyambut baik visi kepemimpinan ini. Para pelaku UMKM, berharap agar program pemberdayaan benar-benar berjalan sehingga produk lokal bisa bersaing dan menjadi buah tangan wisatawan.
“Kalau pariwisata maju, kami juga ikut merasakan dampaknya. Produk yang kami jual bisa lebih mudah dikenal dan dipasarkan,” ujar seorang pengrajin di kawasan Gampong Aneuk Laot.
Harapan serupa datang dari nelayan. Mereka menginginkan agar hasil tangkapan dapat masuk ke rantai pasok wisata, baik sebagai bahan makanan di restoran maupun produk olahan untuk oleh-oleh.
Namun, tantangan tidak ringan, meski visi dan program telah jelas, tantangan tentu tidak ringan. Persoalan klasik seperti keterbatasan anggaran, lemahnya koordinasi antar-lembaga, hingga kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan, menjadi pekerjaan rumah kepemimpinan Zulkifli–Suradji.
Selain itu, risiko kerusakan lingkungan akibat pembangunan yang tidak terkendali juga menjadi ancaman nyata. Jika laut tercemar dan alam rusak, pariwisata Sabang akan kehilangan daya tarik utamanya
Oleh sebab itu, kepemimpinan Zulkifli–Suradji dituntut menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian alam.
Visi kepemimpinan Zulkifli H. Adam dan Suradji Yunus menandai arah baru pembangunan Sabang. Dengan menjadikan pariwisata sebagai lokomotif, berpijak pada kearifan lokal, menjaga kelestarian alam, dan menyejahterakan masyarakat, keduanya ingin membawa Sabang lebih dari sekadar destinasi wisata.
Sabang bukan hanya ingin dikenal karena laut birunya atau pasir putihnya, melainkan sebagai kota wisata yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan. Cita-cita menuju Sabang Emas 2030 kini bukan lagi wacana, tetapi tujuan nyata yang sedang dirintis. [ADVERTORIAL]


.jpeg)


0Comments